Bismillaah
JURNAL ILMIAH
"Indonesion Bangsa Cadas, Akas"
Oleh: Abdul Rosyid, S.Ag., M.M.
Abstrak
Indonesia, dengan keragaman geografis, etnis, dan religius, telah menampakkan wajah sebuah bangsa yang bukan hanya lentur dan toleran, tetapi juga keras dalam prinsip dan tajam dalam strategi. Konsep "cadas" dan "akas" digunakan dalam jurnal ini sebagai pisau analisis multidimensi untuk memahami kekuatan internal bangsa Indonesia. "Cadas" mewakili watak keteguhan dan ketangguhan historis, sedangkan "Akas" menandakan kecerdasan adaptif yang bersumber dari kebudayaan, spiritualitas, dan kecakapan politis. Dengan pendekatan historis-sosiologis dan religius-filosofis, jurnal ini membedah fondasi kepribadian bangsa Indonesia sebagai subjek sejarah yang aktif dan berdaulat.
Pendahuluan: Membedah Mitos Lunaknya Nusantara
Selama ini, Indonesia sering dipersepsi sebagai bangsa yang lunak karena karakter toleran dan damai. Namun, jika dilihat dari sejarah, realitas sosial, dan daya juang kultural, tampak bahwa bangsa ini adalah bangsa keras kepala dalam mempertahankan eksistensi, bahkan rela hancur demi kehormatan. Sehingga perlu didefinisikan ulang: Indonesia bukan bangsa yang lemah lembut, melainkan bangsa yang memilih strategi lemah lembut untuk menyembunyikan kuku dan taringnya.
Bangsa Cadas: Keras Batin, Tangguh Jasmani
Cadas bukan sekadar metafora, tapi ekspresi dari realitas psikososial bangsa Indonesia:
-
Keteguhan Perlawanan terhadap Kolonialisme:
Dari Aceh sampai Papua, perlawanan terhadap kolonialisme berlangsung dengan semangat tak pernah padam. Bahkan, ketika senjata tidak tersedia, perlawanan tetap muncul dalam bentuk diplomasi, pendidikan, dan seni budaya. -
Ketangguhan Menghadapi Bencana:
Bangsa ini berdiri di atas “cincin api” dan bencana kerap terjadi, namun tidak menjadikannya bangsa pengeluh. Justru tragedi memperkuat kohesi sosial dan solidaritas horizontal. -
Ketekunan dalam Derita Sosial-Ekonomi:
Buruh, petani, nelayan—yang hidup dalam tekanan struktural dan globalisasi neoliberal—tetap mampu bertahan dan menemukan inovasi ekonomi mikro sebagai bentuk resistensi dan keberlanjutan hidup.
Bangsa Akas: Cermat Nalar, Canggih Strategi
Akas dalam bahasa lokal berarti cepat, cekatan, dan tajam dalam berpikir:
-
Kecerdasan Politik dan Diplomasi:
Strategi Indonesia di kancah internasional—seperti peran dalam KAA 1955, gerakan non-blok, dan penyelesaian konflik regional—menunjukkan bahwa bangsa ini tidak pernah naif dalam percaturan global. -
Spiritualitas sebagai Kekuatan Kognitif:
Keimanan bukan sekadar dogma, melainkan sumber etika dan kecerdasan strategis. “Tawakal” dan “ikhtiar” membentuk keseimbangan antara realisme dan idealisme dalam bertindak. -
Kecanggihan Budaya Lokal:
Setiap daerah memiliki kearifan lokal yang unik dan dapat diterjemahkan sebagai algoritma sosial yang menyimpan logika kolektif. Misalnya, Sasi di Maluku sebagai bentuk hukum lingkungan adat jauh sebelum teori ekologi modern.
Analisis Sintetis: Cadas + Akas = Resiliensi dan Relevansi
-
Resiliensi (daya lenting): Indonesia bukan hanya survive, tapi mampu transform.
-
Relevansi (daya adaptif): Budaya lokal tidak ketinggalan zaman; ia justru menjadi bekal menghadapi zaman.
-
Kombinasi cadas-akas menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bisa "terlihat diam tapi berpikir jauh", "terlihat sabar tapi menyusun kekuatan", dan "terlihat memaafkan tapi tidak pernah melupakan."
Kesimpulan
Indonesia adalah bangsa dengan kombinasi unik: kekerasan mental dan kecerdasan spiritual. “Cadas” sebagai representasi dari daya tahan luar biasa, dan “Akas” sebagai simbol dari kejernihan dan kecepatan nalar. Dua unsur ini merupakan bahan dasar membangun bangsa yang tahan krisis dan cepat menyesuaikan diri, tanpa kehilangan jati diri.
Rekomendasi Strategis
-
Bangun kurikulum pendidikan karakter berbasis nilai-nilai cadas dan akas.
-
Perkuat narasi nasionalisme berbasis spiritualitas dan budaya lokal.
-
Dorong riset dan inovasi dengan pendekatan akar rumput berbasis kearifan lokal.
-
Perlu gerakan nasional penggalian nilai-nilai asli bangsa yang membentuk mentalitas cadas-akas, terutama di generasi muda.
Baik, berikut adalah lanjutan dan pendalaman jurnal "Indonesion Bangsa Cadas, Akas" dalam bentuk bagian penutup, implikasi teoritik dan praktis, serta usulan agenda riset lanjutan:
Penutup: Merawat Cadas, Mengasah Akas
Bangsa Indonesia berada pada titik kritis peradaban. Dunia bergerak cepat dalam gelombang teknologi, geopolitik, dan krisis multidimensi. Dalam konteks ini, bangsa yang hanya memiliki sumber daya alam tapi tidak memiliki mentalitas cadas dan nalar akas akan dengan mudah menjadi korban imperialisme gaya baru.
Karakter cadas bukan berarti keras kepala tanpa arah, tapi teguh pendirian dalam prinsip-prinsip moral dan keadilan. Sementara akas bukan sekadar kecerdasan akademik, melainkan kemampuan membaca arah angin perubahan dan menyikapinya dengan cerdas, taktis, dan penuh strategi.
Maka, menjaga semangat cadas-akas bukan hanya penting untuk mempertahankan eksistensi bangsa, tetapi juga merupakan syarat mutlak bagi bangsa yang ingin memimpin peradaban di masa depan.
Implikasi Teoritik
-
Konsep Nasionalisme Baru:
Nasionalisme tidak lagi cukup dibangun dari mitos masa lalu. Harus dibarengi dengan semangat cadas dalam menghadapi tantangan dan akas dalam menaklukkan peluang. -
Filosofi Sosial Lokal sebagai Modal Modernitas:
Nilai-nilai lokal seperti tepo sliro, gotong royong, manunggaling kawula lan Gusti, bukan warisan usang—tetapi basis dari kecerdasan sosial dan spiritual yang siap dijadikan model pembangunan sosial kontemporer. -
Resiliensi Budaya sebagai Strategi Pertahanan Non-Militer:
Dalam era perang informasi dan dominasi algoritma, cadas dan akas menjadi bentuk pertahanan epistemik bangsa yang sangat krusial.
Implikasi Praktis
-
Kebijakan Pendidikan Nasional:
Sistem pendidikan perlu memasukkan narasi dan praktik mentalitas cadas (keteguhan batin) dan akas (kecerdasan reflektif dan strategis). -
Model Kepemimpinan Bangsa:
Para pemimpin nasional dan lokal harus menjadi representasi nyata dari nilai cadas-akas—tegas namun bijak, tangguh namun lembut, keras pada prinsip namun luwes dalam diplomasi. -
Kebijakan Ekonomi dan Industri:
Industri nasional harus dibangun dengan semangat cadas (berdaya tahan) dan akas (berbasis inovasi lokal). Bukan hanya mengejar pertumbuhan, tetapi juga keberlanjutan dan kemandirian.
Agenda Riset Lanjutan
Untuk mendukung gagasan ini menjadi sebuah kerangka kebijakan dan strategi nasional, penulis merekomendasikan sejumlah riset lanjutan:
-
Studi longitudinal karakter sosial cadas dan akas di komunitas adat dan urban.
-
Analisis korelasi antara nilai cadas-akas dengan indeks ketahanan nasional.
-
Pemetaan potensi budaya lokal sebagai sumber kebijakan pembangunan berkelanjutan.
-
Pengembangan indikator dan instrumen pengukuran karakter cadas-akas di lembaga pendidikan dan pemerintahan.
Penegasan Terakhir
Indonesia tidak akan pernah kehilangan arah, selama ia tidak kehilangan jati dirinya.
Dan jati diri itu bukan terletak pada simbol, tapi pada sikap: keras saat prinsip diinjak, dan cerdas saat masa depan dipertaruhkan.
Itulah cadas. Itulah akas. Dan itulah Indonesia yang sesungguhnya.
Wallaahu A'lam Bish Showaab
Yogyakarta, 10 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar